Tuesday, September 28, 2010

Accepting, Supporting, Challenging

On this day, God wants you to know
... that every relationship rests on three legs: accepting, supporting and challenging. That's really it, isn't it?
You want your relationships to be grounded on accepting each other as you are. On supporting each other through the inevitable ups and downs. On challenging each other to become more, to grow, to flourish. Which one of these is the more difficult one for you, and how are you going to practice it in the next 24 hours?

(From 'God wants you to know' application on facebook)

Wednesday, September 22, 2010

True giving..

On this day, God wants you to know... that you can only give away what you already have inside yourself. True giving happens when you are overflowing from the inside, and cannot help but share. When there is so much love within you that it has to flow to others or you would burst open. There is no think...ing involved, no willpower in such sharing. It just flows out. If you have to force yourself to be kind, to love, to feel compassion, you've missed the first step of filling in your own Self with these emotions.

Wednesday, September 15, 2010

Forever Friends..

"We're forever friends...bound by love that time can't take away.
Forever friends...caring in a special kind of way.
Heart to heart and hand in hand.
We'll stand until the end.
Love's forever when...we're forever friends."

Saya mempunyai seorang teman. Saya bisa berkenalan sama dia pertama kali, karena dia adalah temannya Catur, suami saya. Mereka sudah berteman sejak lama, sejak masih sekolah mungkin... Sama-sama dari Pekalongan, sama-sama kuliah di UKI (walaupun beda fakultas), pernah nge-kost di tempat yang sama, bergereja di gereja yang sama.. Yah bisa dikatakan teman seperjuangannya Catur.

Saya ingat, hubungan pertemanan kami sangat akrab sampai sebelum saya berangkat ke Perth untuk sekolah. Bahkan beberapa tahun setelah itupun, kami masih asyik-asyik aja.. masih haha-hehe bareng walaupun frekuensinya berkurang. Dan siapa sangka, lama-lama frekuensinya makin dan semakin berkurang, sehingga saat ketemu, yah.. kayak hanya sebatas "hi" dan "bye".

Gereja kami memiliki 2 cabang: Perniagaan dan Duta Mas. Saya dan Catur kebanyakan berada di Perniagaan, sedangkan dia lebih banyak di Duta Mas. Mungkin karena jarang ketemu itulah, perlahan-lahan kami menjadi jauh.

Kalau ada istilah, "Tak kenal maka tak sayang" .. mungkin itulah yang terjadi.

Saya juga nggak tahu mulai kapan saya berpandangan negatif sama dia, dan ternyata Catur pun mengenakan kacamata yang sama dengan saya. Bukannya berusaha mendekati teman lama, malah bawaannya jadi kesel aja sama dia. (A little note buat my friend: you better read this until the very end.. jangan berhenti di sini aja.. :p)

Belum lagi omongan-omongan negatif tentang dia, yang saya dengar dari orang-orang, makin menambah rasa sebel saya sama dia. Sampai akhirnya saya HARUS melayani bersama-sama dengan dia, dalam satu ruangan yang sama.

Pada awalnya saya sempet complain.. Kenapa harus dia yang ditaruh di situ? (Karena sebelumnya ada orang lain yang menjalankan tugasnya). Belum lagi, sikapnya dia yang cool abis, yang sama sekali ga friendly ke saya. Bukan lagi kayak 2 orang teman yang pernah kenal... bener-bener kayak a total stranger buat saya, annoying pula. (Hihi.. sorry yah fren, tapi emang ini yang saya rasakan)..

Sampai akhirnya, beberapa minggu lalu.. mungkin di awal bulan ini.. Kok ya tiba-tiba di hati saya ada dia. Bukan berarti jatuh cinta lho.. Tapi ya, saya mulai memandang dia dari sisi yang berbeda. Saya mulai mengganti kacamata saya. Saya ngobrol sama suami saya tentang dia.. Apa pendapat saya mengenai dia, dan ternyata.. banyak hal-hal positif tentang dia yang dapat kami diskusikan.

Berawal dari sebuah dinner bareng dia dan teman-teman yang lain, lalu pergi kondangan bareng.. Sampai akhirnya.. saya bisa chat sama dia.. (thanks to BlackBerry technology).. dan akhirnya berakhir di sebuah cafe. Just the three of us, saya, Catur dan dia.

Di situ mulai terungkap.. Ternyata apa yang kelihatan, belum tentu apa yang sebenarnya terjadi. Dia cerita betapa terpukulnya dia saat harus mengakhiri hubungan sama kekasihnya (please pardon my puitis words.. :P), hal-hal yang dia alami dalam pelayanan dan pekerjaan... Oh man, saat itu rasanya saya nyesellll banget dah pernah sebel sama dia.

Ternyata dia hanya membutuhkan seorang teman.

Seorang teman yang bisa diajak curhat, yang nggak sekedar haha-hehe..
Memang kita bisa berteman dengan siapa aja.. Tapi tidak dengan semua orang kita bisa berbagi. Betul betul betul??

Singkat cerita, kami ngobrol dan mencoba meluruskan kesalahpahaman yang terjadi selama ini. Yah, perlahan-lahan, hubungan persahabatan yang tadinya hampir retak, mulai dibangun kembali.

Saya bersyukur, dia juga sudah bisa mulai terbuka sama saya dan Catur.. dan semoga juga saya & Catur bisa membagi hidup sama dia. Kami nggak sempurna, dan mungkin along the way, kami bisa mengecewakan dia. Tetapi saya berjanji, saya mau berusaha menjadi sahabat, or mungkin seorang sister buat dia.

Friends, mungkin di antara kalian juga mengalami hal mirip-mirip dengan apa yang saya alami. Kita terkadang gampang menghakimi orang, gampang menilai orang .. dan biasanya nilai yang kita berikan itu negatif. Sekali kita memberikan nilai negatif sama seseorang, secara otomatis, kita mengenakan kacamata 'minus'.. (ini istilah saya). Saat kita memakai kacamata minus ini, apapun yang orang tersebut kerjakan, padahal dia melakukan sesuatu yang TER-baik, bagi kita akan tetap minus, tetap salah dan tetap negatif. Kalau kacamata itu terus-terusan kita pakai, ga menutup kemungkinan akan timbul kebencian.. yah mungkin mulai dari sebel tingkat rendah, sampai akhirnya benci tingkat akut sama orang tersebut. Padahal ujung-ujungnya kita sendiri yang dosa..

Mungkin ini saatnya kita melepaskan kacamata minus tersebut. Belajar untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. Saat kita mulai memandang with a positive point of view.. semuanya bisa benar-benar berbeda. Kita harus mengganti kacamata kita. Itu saja.

Mungkin teman kita keliatannya udah susah banget dideketin, bener-bener rese' dan annoying banget. Tetapi percaya deh.. gimanapun juga, everyone needs a friend. Semua orang membutuhkan seorang teman. Kembali lagi terserah kita mau buka hati dan buka tangan untuk dia atau nggak.

Selagi kita masih diberikan kesempatan untuk hidup, ga ada salahnya kita berteman dengan banyak orang kan?

To all of my friends : I love you full!


(Buat 'teman' yang saya ceritakan di blog ini.. Sorry ya kalo kami sempet berpandangan negatif tentang kamu. We'll make it up to you.. and thanks for being our friend. Looking forward for our next coffee time :))

Let Me Help..

Sebuah kejadian yang simple terjadi hari ini, tetapi cukup untuk dijadikan sebuah perenungan buat saya..

Tadi siang, saya dan Catur mengajak Cedric ke supermarket untuk beli susu. Kebetulan susu anak-anak stocknya dah menipis. Entah kenapa, di rumah omanya, hasrat mereka untuk minum susu melonjak tajam. Hahaha..

Karena emang tujuannya cuma beli susu, maka saya nggak membawa trolley. Cukuplah dengan membawa keranjang tangan. Saat itu Cedric bilang, "Mami aku mau bawa keranjangnya". Jadilah si bocah kecil ini menenteng-nenteng keranjang sampai ke rak susu.

Saya isi keranjang tersebut dengan 4 kotak susu, yang masing-masing beratnya 900 gram. Kurang lebih 3,6 kg ya totalnya. Setelah itu, saya mau membawakan keranjang belanja itu, karena saya tahu Cedric nggak bakalan kuat bawa keranjang tersebut. Tetapi dia ngotot mau bawa, sampai keranjang tersebut diseret-seret karena terlalu berat.

Lalu saya bilang, "Sini, mami bantuin. Berat kan?"
Dia masih memaksa untuk membawa keranjang tersebut. Dia bilang, "Aku bisa kok.."
Kali ini dia coba angkat, ga diseret lagi, sampai agak doyong-doyong badannya. Lucu sih, tapi nggak tega juga ngeliatnya. HiHi..
Saya offer help untuk kedua kalinya, "Sini, Mami aja yang bawa. Kalo nggak boleh, yuk kita bawa berdua.."
Akhirnya Cedric membiarkan keranjang itu saya bawa.

Saat saya membawa keranjang tersebut, tiba-tiba saya ingat apa yang Tuhan bilang.. "Marilah kepada-Ku yang berletih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu."

Situasinya kayaknya sama dengan apa yang saya alami tadi siang. Cedric itu umpama kita sebagai manusia.

Mungkin terkadang Tuhan sendiri udah menawarkan bantuan ke kita, "Sini Nak, Aku bantu bawain.. kayaknya berat banget bebanmu.."
Tetapi kitanya yang masih ngeyel dan bilang.. "Gak apa-apa Tuhan, saya bisa kok."
Mungkin sama seperti saya tadi, Tuhan cuma bisa senyum-senyum melihat kita menyeret-nyeret persoalan kita, kita coba angkat sampai terhuyung-huyung, tetapi bagaimanapun apa yang kita alami tetap terasa berat.
Sampai akhirnya Tuhan bilang lagi.. "Udah sini, Aku bantuin.. Berat kan?"
Tuhan tetap menunggu dan menawarkan bantuan-Nya sampai kita sungguh-sungguh mau melepaskannya dan membiarkan Dia mengambil alih 'beban' itu dari tangan kita.

Banyak hal yang saya alami beberapa bulan belakangan ini.. dan memang itu terasa amat sangat berat. Ternyata itu terasa berat karena saya belum mau melepaskan 'keranjang' itu dari tangan saya. Saya masih berusaha menyeret-nyeret dan menggotong beban itu sendirian...

Ada sebuah phrase yang sangat bagus..

"As Children bring their Broken Toys
With Tears for Us to Mend,

I Brought My Broken Dreams to GOD,
Because HE was My FRIEND.

But then, Instead of Leaving HIM
In Peace to Work Alone,

I hung around and tried to help
With Ways that were My Own.

At last I snatched them back and cried,
How can YOU be so slow?

My Child, He said, what could I do?
You never did let go."

Saya pernah menulis sebuah blog mengenai phrase ini.. Tetapi entah ada di blog yang sebelah mana. Hahaha..

Cuma satu yang saya tekenin, terkadang kita complain sama Tuhan.. mengapa begini dan mengapa begitu?? Tetapi sebenernya, kita belum menyerahkan sepenuhnya kepadaNya.

Masalah-masalah yang saya hadapi belum selesai. Mungkin terkesan agak santai, karena masih suasana libur lebaran.. Namun saya tahu, setelah lebaran ini selesai, masalah yang terjadi di kantor akan mencuat kembali, dan saya harus siap menghadapinya.

Siapa sangka peristiwa sederhana yang saya alami tadi siang, ternyata bisa membantu saya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi hari esok?

OK God.. I want to let go.